Cari Blog Ini

Selasa, 26 Agustus 2014

Alhamdullillah punya motor

Saya mempunyai keinginan, mungkin keinginan itu terlalu sulit untuk saya capai. Waktu saya masuk kuliah semester 2, saya mulai mencari pekerjaan. Pekerjaan apapun asal mendapatkan uang bagi saya akan saya jalani. Dari pekerjaan menjadi pelayan, penjaga kolam renang, guru les sudah saya tempuh, dan saya mulai saat itu mulai menabung. Saya berpikir bahwa saya tidak ingin menjadi kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang. Saya ingin mencari sesuatu yang berbeda dalam kehidupan saya dan saya tidak ingin waktu saya terbuang begitu saja. Saya juga tidak ingin membebani orangtua saya, karena mereka sudah mengeluarkan banyak biaya untuk saya kuliah. Paling tidak, saya bisa mencari uang sendiri, untuk membeli barang yang saya inginkan, dengan begitu orangtua tidak terbebani dengan segala keinginan saya. Waktu itu sekitar bulan maret tahun lalu. Saya ditawari kerja oleh teman kuliah saya, kebetulan dia rumahnya satu kecamatan dengan saya. Saya ditawari untuk ngelesi privat anak SD di kampungnya. Kampungnya itu jaraknya sekitar 1,5 kilo dari rumah saya. Saya berpikir bahwa saya harus mencoba dulu pekerjaan itu. waktu itu saya belum mempunyai kendaraan, alias sepeda motor. Saya ingin sekali punya motor, karena motor bisa membantu saya dalam bekerja maupun kuliah. Matahari mulai tenggelam, dan hari itu mulai petang. Setelah sholat maghrib saya langsung menuju rumah anak tersebut. Awalnya saya naik angkot, tetapi setelah dipikir-pikir kalau naik angkot itu malah jadi boros, honor saya jadi terpotong untuk membayar angkot. Angkot berhenti lama untuk mencari penumpang. Kemudian esok harinya saya tidak lagi untuk naik angkot karena berhenti lama dan saya berpikir untuk jalan kaki saja menuju rumah anak tersebut. Jarak yang saya tempuh untuk pergi dan pulang sekitar 3 kilo. Setiap berangkat untuk menuju rumah anak tersebut dibutuhkan waktu 30menit, jadi setiap selesai sholat maghrib saya langsung bergegas untuk berangkat. Setiap hari senin-jumat hari-hari saya jalani seperti itu, kebetulan kuliah saya ada yang jam pagi dan ada yang jam siang jadi malamnya bisa saya gunakan untuk ngelesi anak SD. Sebenarnya murid privat saya banyak, tetapi yang lain hanya les seminggu 2 kali saja, itupun ada yang hari sabtu-minggu jadi tidak mengganggu jadwal kuliah. Dari hari senin-jumat saya berjalan kaki. Berangkat dari rumah pukul 6 dan tiba dirumah pukul 08.30 karena saya ngelesinya hanya 1,5 jam, mulai pukul 06.30-08.00. Pada bulan pertama saya merasa capek sekali karena harus jalan kaki setiap harinya. Belum lagi banyaknya tugas kuliah yang harus dikerjakan. Pada saat itu saya ingin menyerah dan ingin berhenti, tetapi saya ingin tujuan saya itu terpenuhi, yaitu bisa beli motor. Saya putuskan untuk tetap menjalani hari-hari saya seperti itu. Terkadang saya takut untuk jalan kaki malam-malam, karena takut ada orang yang berniat jahat. 3 bulan telah saya lewati, dan setiap kali mendapatkan honor saya tabung di bank. Kebetulan honor itu lumayan besar bagi saya, karena saya ngelesi setiap hari, jadi kalau digabungkan dengan yang hanya seminggu 2kali jadi lumayan, ditambah dengan uang yang diberi orangtua setiap hari, uang tersebut tidak saya gunakan untuk jajan, saya berusaha hemat pada saat itu. Saya berusaha menutup mata saya agar tidak tergiur dengan hal-hal yang mewah seperti mahasiswa pada umumnya, mungkin banyak yang mengganggap saya bukan orang modis karena saya tidak berpakaian yang keren ataupun yang mahal. Sekali lagi, saya diajarkan orangtua saya untuk hidup prihatin. Orangtua saya hanya mampu untuk membiayai kuliah, maka dari itu saya belajar hemat supaya saya bisa membeli motor dengan jerih payah saya. Saya senang sekali karena tabungan saya semakin terkumpul. Pada waktu itu saya tidak bilang pada bapak akan beli motor, karena bapak melarang saya untuk menggunakan motor, mungkin bapak trauma karena pernah kecelakaan. Bapak juga tidak tahu menahu tentang tabungan saya. Atas seijin ibu, saya ditemani untuk membeli motor. Setelah pulang, ibu menangis terharu karena melihat anaknya bisa membeli motor, bapak juga kaget karena tiba-tiba ada dealer yang mengantarkan motor ke rumah saya. Mungkin saya belum bisa memberikan hal yang diharapkan oleh orangtua saya, tetapi setidaknya saya tidak merengek-rengek kepada mereka untuk meminta sesuatu yang diluar batas kemampuan orangtua saya, karena saya tahu sudah banyak keringat yang bercucuran demi pendidikan saya dan adik saya. Dan satu lagi, saya percaya bahwa itu Allah Maha Mendengar. Apa yang diinginkan oleh hamba-hambanya pasti suatu saat akan dikabulkan karena semua akan indah pada waktuNya dengan catatan kita tidak berputus asa, selalu berusaha dan bersyukur dengan apa yang telah kita peroleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar