Saya mempunyai
keinginan, mungkin keinginan itu terlalu sulit untuk saya capai. Waktu saya
masuk kuliah semester 2, saya mulai mencari pekerjaan. Pekerjaan apapun asal
mendapatkan uang bagi saya akan saya jalani. Dari pekerjaan menjadi pelayan,
penjaga kolam renang, guru les sudah saya tempuh, dan saya mulai saat itu mulai
menabung. Saya berpikir bahwa saya tidak ingin menjadi kupu-kupu alias kuliah
pulang kuliah pulang. Saya ingin mencari sesuatu yang berbeda dalam kehidupan
saya dan saya tidak ingin waktu saya terbuang begitu saja. Saya juga tidak
ingin membebani orangtua saya, karena mereka sudah mengeluarkan banyak biaya
untuk saya kuliah. Paling tidak, saya bisa mencari uang sendiri, untuk membeli
barang yang saya inginkan, dengan begitu orangtua tidak terbebani dengan segala
keinginan saya. Waktu itu sekitar bulan maret tahun lalu. Saya ditawari kerja
oleh teman kuliah saya, kebetulan dia rumahnya satu kecamatan dengan saya. Saya
ditawari untuk ngelesi privat anak SD di kampungnya. Kampungnya itu jaraknya
sekitar 1,5 kilo dari rumah saya. Saya berpikir bahwa saya harus mencoba dulu
pekerjaan itu. waktu itu saya belum mempunyai kendaraan, alias sepeda motor.
Saya ingin sekali punya motor, karena motor bisa membantu saya dalam bekerja
maupun kuliah. Matahari mulai tenggelam, dan hari itu mulai petang. Setelah
sholat maghrib saya langsung menuju rumah anak tersebut. Awalnya saya naik
angkot, tetapi setelah dipikir-pikir kalau naik angkot itu malah jadi boros,
honor saya jadi terpotong untuk membayar angkot. Angkot berhenti lama untuk
mencari penumpang. Kemudian esok harinya saya tidak lagi untuk naik angkot
karena berhenti lama dan saya berpikir untuk jalan kaki saja menuju rumah anak
tersebut. Jarak yang saya tempuh untuk pergi dan pulang sekitar 3 kilo. Setiap
berangkat untuk menuju rumah anak tersebut dibutuhkan waktu 30menit, jadi
setiap selesai sholat maghrib saya langsung bergegas untuk berangkat. Setiap
hari senin-jumat hari-hari saya jalani seperti itu, kebetulan kuliah saya ada
yang jam pagi dan ada yang jam siang jadi malamnya bisa saya gunakan untuk
ngelesi anak SD. Sebenarnya murid privat saya banyak, tetapi yang lain hanya
les seminggu 2 kali saja, itupun ada yang hari sabtu-minggu jadi tidak
mengganggu jadwal kuliah. Dari hari senin-jumat saya berjalan kaki. Berangkat
dari rumah pukul 6 dan tiba dirumah pukul 08.30 karena saya ngelesinya hanya 1,5
jam, mulai pukul 06.30-08.00. Pada bulan pertama saya merasa capek sekali
karena harus jalan kaki setiap harinya. Belum lagi banyaknya tugas kuliah yang
harus dikerjakan. Pada saat itu saya ingin menyerah dan ingin berhenti, tetapi
saya ingin tujuan saya itu terpenuhi, yaitu bisa beli motor. Saya putuskan
untuk tetap menjalani hari-hari saya seperti itu. Terkadang saya takut untuk
jalan kaki malam-malam, karena takut ada orang yang berniat jahat. 3 bulan
telah saya lewati, dan setiap kali mendapatkan honor saya tabung di bank.
Kebetulan honor itu lumayan besar bagi saya, karena saya ngelesi setiap hari,
jadi kalau digabungkan dengan yang hanya seminggu 2kali jadi lumayan, ditambah
dengan uang yang diberi orangtua setiap hari, uang tersebut tidak saya gunakan
untuk jajan, saya berusaha hemat pada saat itu. Saya berusaha menutup mata saya
agar tidak tergiur dengan hal-hal yang mewah seperti mahasiswa pada umumnya,
mungkin banyak yang mengganggap saya bukan orang modis karena saya tidak
berpakaian yang keren ataupun yang mahal. Sekali lagi, saya diajarkan orangtua
saya untuk hidup prihatin. Orangtua saya hanya mampu untuk membiayai kuliah,
maka dari itu saya belajar hemat supaya saya bisa membeli motor dengan jerih
payah saya. Saya senang sekali karena tabungan saya semakin terkumpul. Pada
waktu itu saya tidak bilang pada bapak akan beli motor, karena bapak melarang
saya untuk menggunakan motor, mungkin bapak trauma karena pernah kecelakaan.
Bapak juga tidak tahu menahu tentang tabungan saya. Atas seijin ibu, saya
ditemani untuk membeli motor. Setelah pulang, ibu menangis terharu karena
melihat anaknya bisa membeli motor, bapak juga kaget karena tiba-tiba ada
dealer yang mengantarkan motor ke rumah saya. Mungkin saya belum bisa
memberikan hal yang diharapkan oleh orangtua saya, tetapi setidaknya saya tidak
merengek-rengek kepada mereka untuk meminta sesuatu yang diluar batas kemampuan
orangtua saya, karena saya tahu sudah banyak keringat yang bercucuran demi
pendidikan saya dan adik saya. Dan satu lagi, saya percaya bahwa itu Allah Maha
Mendengar. Apa yang diinginkan oleh hamba-hambanya pasti suatu saat akan
dikabulkan karena semua akan indah pada waktuNya dengan catatan kita tidak
berputus asa, selalu berusaha dan bersyukur dengan apa yang telah kita peroleh.
Cari Blog Ini
Selasa, 26 Agustus 2014
Long Distance Relationship
Long Distance Relationship
Kemana langkahku pergi slalu ada bayangmu
Kuyakin makna nurani kau takkan pernah
terganti
Pandanglah bintang berbijak kau tak pernah
tersembunyi
Dimana engkau berada disana cintaku
Walau keujung dunia pasti akan ku nanti
Meski ketujuh samudera pasti ku kan menunggu
Karena kuyakin kau hanya untukku……
LDR singkatannya, tidak pernah
terbayang dibenak saya akan menjalani sebuah hubungan jarak jauh. Mungkin bagi
sebagian orang tidak ingin menjalani sebuah hubungan jarak jauh, begitupun
saya. Siapa sih yang mau menjalani hubungan jarak jauh, apalagi bukan hanya
beda kota, tapi beda pulau bahkan beda waktu. Doi ada di Flores dan saya di
Jawa T.T Sejauh ini saya bertahan dengan
yang dinamakan “LDR”. Terkadang berat memang untuk menjalin sebuah hubungan,
karena menyatukan 2 pikiran orang yang berbeda itu sulit, apalagi jarak jauh
terlebih perbedaan usia juga lumayan jauh. Si doi umurnya 27 tahun, saya masih
21 tahun yang notabene masih berbau-bau labil. Hampir 2 tahun saya menjalani
“LDR” dengan si doi, entah sampai berapa tahun lagi menjalani “LDR”. Hubungan
ini tidak akan bertahan jika tanpa sebuah kesetiaan dan kepercayaan. LDR juga
harus banyak stok sabarnya, karena bila tidak ada kabar kan bakal khawatir
juga. Yang pasti dengan terpautnya usia yang lumayan membuat saya semakin
belajar untuk dewasa. Senengnya kalau ketemu, jadi waktu digunakan dengan
sebaik mungkin. Saya tidak akan pernah menyesal untuk menjalani hubungan ini
jika pada akhirnya saya dan si doi bertemu lagi. Maksud saya bertemu lagi yaitu
bertemu di pelaminan wkwkwk. Semoga perjalanan cinta kami penuh warna dan abadi
meski saat ini dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Andai waktumu milikku dan
waktukku milikmu
Mungkin aku dan kau akan menjadi
kita
Kita Harus Bersyukur
Mungkin kali ini
bukan soal perkara tentang fisik, tetapi kemauan maupun niat. Saya bertemu
seseorang yang masih bisa dibilang anak-anak, tetapi memberikanku sebuah
pelajaran yang berharga. Dimana anak tersebut mempunyai keterbatasan fisik, ia
tidak bisa berjalan karena motoriknya lemah. Terlepas dari keterbatasan
tersebut, ia tetap mempunyai semangat untuk bersekolah. Setiap sabtu dan minggu
sore saya menemuinya untuk menularkan ilmu yang saya dapat dari bangku sekolah
juga. Saya senang jikalau sedang mengajarinya, karena ia selalu bersemangat
saat belajar. Bila saya melihatnya lelah, saya menyuruhnya berhenti sejenak
untuk beristirahat, tetapi ia tetap tidak mau dan terus ingin melanjutkan
belajar dan tidak mengeluh. Ia sangat pandai dalam menghafal, nilai bahasa
arabnya selalu tertinggi dikelas, mungkin ada yang memandang sebelah mata, tetapi
semangatnya tak terpatahkan. Sungguh luar biasa anak tersebut. Dari pengalaman
saya tersebut dapat diambil pelajaran, bahwa kita yang diberi fisik yang
sempurna oleh Tuhan, terkadang kita masih suka mengeluh dengan keadaan yang
terjadi pada diri kita. Kadang kita merasa bahwa kita adalah orang yang kurang
beruntung jika dibandingkan teman-teman kita. Kita merasa bahwa kadang Tuhan
itu tidak adil. Masalah yang kita hadapi kadang sulit untuk dipecahkan. Kita
masih punya kaki untuk berjalan diatas bumi, masih punya mata untuk melihat
awan, masih punya tangan untuk merasakan air, masih bisa bernafas menghirup
udara segar, masih bisa mendengarkan suara-suara nan merdu, masih punya mulut
untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekitar kita, dan sampai
detik ini masih diberi kesehatan yang luar biasa dari Tuhan. Coba kalau kita
kehilangan salah satu dari anggota tubuh kita, mungkin untuk melakukan sebuah
pekerjaan akan terasa kaku. Maka dari itu saya belajar bersyukur dengan apa
yang sudah Tuhan beri dari ujung rambut hingga ujung kaki. Fisik tidak akan
menghalangi seseorang untuk meraih segala yang diinginkan, yang pengaruhnya
sangat besar adalah kemauan maupun niat. Walaupun kemampuan kita terbatas,
tetapi punya kemauan untuk bisa pasti sesuatu itu dapat kita raih. Kemauan yang
diimbangi dengan niat akan menjadi kekuatan untuk meraihnya. Jadi ini bukan
perkara tentang fisik, tetapi kemauan maupun niat.
Sepenggal pelajaran dalam bus kota
Hallo sobat,
sudah lama saya jarang menulis untuk blog saya. Kebetulan lagi ada waktu untuk
menulis, jadi saya luangkan kesempatan ini untuk menulis, sebenarnya banyak
sekali inspirasi-insipirasi yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari, akan
tetapi banyak halangan untuk menulisnya hehehe.
Belajar itu
memang perlu, supaya kita bisa menjadi orang yang berguna bagi setiap orang
yang ada disekeliling kita. Bukan hanya belajar matematika, IPS, IPA, dan
sebagainya, melainkan kita juga perlu belajar hal yang tidak pernah kita
dapatkan dari dalam materi pembelajaran yang ada di dunia pendidikan. Belajar
itu bukan berarti kita harus pergi ke sekolah, memakai seragam, membawa buku, kemudian
ada guru yang menerangkan materi pelajaran, ataupun belajar dengan guru privat,
akan tetapi kita bisa belajar dari siapa saja, kapan pun, dan dimana pun kita
berada. Belajar bisa kita dapatkan dari anak-anak jalanan. walaupun terkadang
kita memandang anak jalanan dengan sebelah mata, tetapi sebenarnya banyak hal
yang bisa kita petik dari kehidupan anak jalanan. Meski mereka tidak
seberuntung kita, tetapi mereka punya semangat yang tinggi untuk menjalani roda
kehidupan, mereka tak pernah putus asa untuk mencari rupiah demi bertahan hidup
yaitu untuk makan pada hari itu juga, malah adapula yang hari esok masih bisa
makan atau tidak. Terkadang kita sering mengeluh terhadap berbagai keadaan yang
ada disekitar kita, misalnya jika kita pulang sekolah kita sering bertanya
kepada ibu, hari ini makan apa bu? Kemudian ibu menjawab, hari ini hanya ada
sayur lodeh dan kerupuk. Kadang kita tidak selera untuk makan dirumah karena
dengan menu yang seadanya, akan tetapi jika kita lihat diluar sana, banyak
anak-anak jalanan yang hari ini apa makan?. Saya sering melihat anak jalanan
ada di terminal, karena saya waktu itu berangkat dan pulang sekolah naik bus. Dalam
hati miris melihat anak-anak tersebut, karena ada yang masih kecil sudah diajak
ngamen oleh kakaknya. Ternyata kita memang harus bersyukur karena sejak kecil
kita diberikan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk mengeksplorasikan masa
kanak-kanak kita, itu saja kadang kita masih sering mengeluh dengan keadaan
kita. Tetapi anak tersebut masa kecilnya sungguh ironis, karena harus mengalami
sulitnya untuk bertahan hidup dan ikut mencari uang untuk makan, makan saja
susah apalagi untuk membeli mainan yang sebenarnya untuk seumuran anak tersebut
memang diperlukan sebagai hiburan. Mungkin baginya hidup ini kejam dan hidup
ini bukan pilihan mereka, akan tetapi pada waktu itu saya melihat sorot mata
anak tersebut bernyanyi dengan riangnya tanpa ada kendala dalam hidupnya,
dengan berpakaian lusuh dan wajah yang penuh debu anak tersebut terus bernyanyi
hingga bus berhenti di terminal. Saya juga tidak tahu kehidupan mereka yang
sesungguhnya, apakah mereka masih punya orangtua ataupun tidak, akan tetapi
kita bisa memetik pelajaran dari anak-anak jalanan bahwasannya kita tidak boleh
berputus asa dan harus selalu bersyukur karena kita masih beruntung bisa
sekolah, mendapatkan kehidupan yang layak, mempunyai orangtua yang sangat
menyayangi kita, masih bisa menghirup udara segar, melihat indahnya sang
mentari, merasakan semilir angin, dan menikmati kesehatan badan itu yang utama,
karena kesehatan mahal harganya, mungkin kita bisa membeli makanan yang terlezat
tetapi kita tidak bisa menikmati makanan tersebut dikala kita sedang dilanda
sakit, maka dari itu kita harus bersyukur dengan kesehatan yang kita peroleh.
Setiap orang mempunyai kehidupan yang berbeda-beda, dan jangan pernah
membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain supaya kita bisa lebih
mensyukuri nikmat yang kita punya, terlebih lagi kita bisa menikmati hidup ini
dengan sederhana yaitu bersyukur dengan apa yang kita punya. Sering-seringlah
menegok kebawah supaya kita lebih bersyukur, dan jangan melihat keatas
terus-menerus karena nanti kepala kita nggak bisa tegak, hohohoho….
Sekian dari
saya, lain kali kita berjumpa lagi pada postingan selanjutnya dengan
pengalaman-pengalaman yang saya alami…
Selasa, 15 Juli 2014
Perasaan Bosan
Bila kau terus pandangi langit tinggi
di angkasa…
tak kan ada habisnya segala hasrat di
dunia…
Yupp benar
sekali itu adalah penggalan lirik lagunya Dewa 19. Bahwasanya kita hidup di
dunia ini adalah untuk mensyukuri apa yang sudah kita raih saat ini. Bila kita
terus memandang orang yang lebih dari kita, tak akan pernah ada habisnya segala
keinginan kita di dunia ini. Saat ini saya bener bener jenuh dengan studiku. Dimana
3 tahun telah terlewati, tapi saya merasa bosan dengan semuanya. Yaa mungkin
saya harus banyak belajar bersyukur karena tidak semua orang seberuntung saya
yang bisa menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Saya merasa sangat
bosan karena dibulan-bulan ini saya tidak bisa bertemu dengan murid-murid les
yang senantiasa menghiburku dikala sedang bosan dengan tugas tugas kuliah. Aah saya
harus menunggu hingga awal bulan agustus untuk bertemu dengan murid murid yang
lucu nan menggemaskan, meski kadang bikin jengkel.
Ambarawa, 16 Juli 2014
Langganan:
Postingan (Atom)