Cari Blog Ini

Rabu, 04 April 2012

Pentingnya Pendidikan Moral di Indonesia



Pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mencetak manusia yang cerdas dan pandai tetapi juga pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki moral (bermoral). Pendidikan di Indonesia selama ini masih mengesampingkan pendidikan moral. Seharusnya pendidikan kita mampu menciptakan pribadi yang bermoral, mandiri, dewasa, bertanggungjawab, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur, berperilaku sopan dan santun, beretika, tahu malu dan tidak anarki serta mementingkan kepentingan bangsa dan negara bukan pribadi atau kelompok tertentu. Tidak hanya pendidikan akademis saja yang hanya membentuk kepandaian dari segi kognitif.
Banyak yang terjadi saat ini adalah orang yang pandai maupun cerdas, tetapi ia tidak bisa menanamkan nilai-nilai moralitas. Pada era globalisasi saat ini moral bangsa Indonesia sangatlah kurang, terbukti bahwa banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi tetapi  ia tidak menanamkan nilai-nilai moral. Tercermin bahwa saat ini orang jarang yang bisa menghargai orang lain, sehingga banyak kejahatan yang merajalela. Banyak anak remaja yang suka berkelahi/ tawuran, berani pada orangtua, melanggar peraturan sekolah. Mereka malah membuat  asumsi yaitu “peraturan dibuat untuk dilanggar”.
Banyak teroris yang masih berkeliaran membuat keributan. Bom masih diledakkan   tempat-tempat ibadah. Apakah dunia Pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT)  kita sudah tidak lagi mengajarkan tata krama dan kasih sayang antar sesama kepada siswa atau mahasiswanya? Apakah ini semua hasil dari sistem pendidikan kita selama ini ? Ataukah ini akibat dari perilaku para pemimpin kita? Yang lebih parahnya lagi adalah para pemimpin bangsa yang hanya memikirkan diri sendiri ketimbang memikirkan kepentingan rakyatnya.
Runtuhnya moralitas bangsa diawali oleh pemimpin-pemimpinnya. Bagaimana bangsanya mau maju kalau pemimpinnya saja tidak bisa memimpin dirinya sendiri? Coba bayangkan bila pemimpin kita pandai, tetapi tidak bermoral? Banyak kasus yang terjadi saat ini adalah para pejabat malah sibuk dengan memperebutkan kekuasaan dan juga haus akan materi sehingga rakyatnya terabaikan. Apakah ini yang dinamakan pemimpin yang seharusnya mementingkan kepentingan rakyatnya daripada kepentingan pribadi maupun kelompoknya? Apakah ini yang dinamakan wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya?.
Korupsi, kolusi dan nepotisme masih bersemi, dimana letak keadilan di negara ini? Jika para koruptor masih bisa berkeliaran kesana-kemari, hukum tak kunjung ditegakkan. Apakah ini hasil dari sistem pendidikan kita saat ini? Mencetak orang-orang yang suka berbohong, egois, dan rakus akan harta dan tahta. Mereka berbohong demi rupiah, maka tak heran bahwa saat ini orang yang berkuasa saat adalah orang yang memiliki banyak uang, uang bagaikan raja. Karena dengan uang mereka bisa membeli apa yang mereka inginkan, baik kedudukan ataupun yang lainnya.
Dengan uang para siswa berani membeli kunci jawaban Ujian Nasional agar mereka bisa mendapatkan nilai yang maksimal, begitu juga para mahasiswa yang akan skripsi mereka juga akan melakukan hal yang sama membeli skripsi orang atau dengan cara menjiplak skripsi milik orang lain.
Sungguh ironis jika seorang mahasiswa yang dianggap bisa melakukan banyak hal, tetapi mereka menjiplak milik orang, dan masa sekarang ini menunjukkan bahwa jarang yang masih orisinil.  Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat saat ini mulai cenderung berperilaku cepat, dan semua yang diinginkan harus cepat saji (instan). Yang dikenal juga sebagai budaya instan.                                                                                                                                          Anak-anak pada masa sekarang pun mulai berubah, sikap anak-anak sudah mulai mencontoh sikap orang dewasa. Ironisnya karena mereka melihat televisi yang sekarang ini tidak layak untuk dilihat untuk seumuran mereka. Sekarang ini televisi acaranya sinetron yang tidak menidik anak, yang ditayangkan adalah  memperebutkan harta dan tahta, disitu juga ditayangkan cara-cara memperebutkan harta dan tahta. Membunuh dan menyiksa adalah gambaran sinetron masa sekarang ini. Pelajar yang seharusnya belajar malah pacaran dan tawuran, alhasil anak mulai meniru hal-hal yang ada di sinetron. Pelajar makin kurang ajar berani dengan orangtuanya sendiri, berani dengan gurunya. Bukankah itu merupakan sikap yang tidak bermoral? Maka sebagai orang tua seharusnya memberikan bimbingan saat anak mereka melihat tayangan televisi yang tidak sesuai dengan umur mereka.. Peranan orangtua sangat penting dalam pembentukan moralitas anak, karena sebelum anak mengenal dunia pendidikan (pendidikan formal), tentunya keluarga/ orangtua adalah orang yang ia kenal pertama kalinya, jadi sebagai orang tua harus membimbing dan mendidik anak agar memiliki moral yang baik (pendidikan informal). Jadi pendidikan formal yang bermoral dan pendidikan informal saling berkaitan, karena pendidikan formal yang bermoral untuk melengkapi hal-hal yang belum ada di pendidikan informal, misalnya seperti tentang tata susila, tata karma, dan sebagainya. Perlu adanya kerjasama antara pihak orangtua dan sekolah (pendidikan formal yang bermoral) dalam pembentukkan moral anak.
Kemudian dengan adanya pendidikan formal yang bermoral diharapkan mampu memberikan pengertian tentang nilai-nilai moralitas agar anak bangsa (generasi penerus) semakin tahu mana yang baik dan buruknya suatu perbuatan, sehingga pada saat ia sudah dewasa, ia menjadi orang yang bertanggung jawab, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bisa saling  menghargai dengan orang lain serta berguna bagi nusa bangsa dan negara. Sehingga kelak bisa membangun bangsa dan negara ini dengan baik.
Dengan demikian pendidikan moral sangatlah penting. Segala komponen dalam pendidikan seperti guru dan dosen harus memberikan contoh suri teladan yang baik, begitu juga dengan para pemimpin bangsa harus meninggalkan segala perbuatan yang dirasa tidak pantas ditiru oleh generasi penerus. Dengan begitu generasi penerus akan termotivasi dengan adanya panutan yang bermoral, mandiri, dewasa, bertanggungjawab, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur, berperilaku sopan dan santun, beretika, tahu malu dan tidak anarki serta mementingkan kepentingan bangsa dan negara bukan pribadi atau kelompok tertentu. Sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.


Hesty Restiana
292011316/RS11H

1 komentar: